SEBATANG COKLAT PAHIT (cerpen)

SEBATANG COKLAT PAHIT Oleh Meysarah Karen masih saja membolak – balik surat yang diberikan Rianti padanya. Sebuah surat yang berisi ungkapan cinta, ini adalah surat yang ketiga yang Karen etrima masih dari pengirim yang sama. Ronald!?! Ronald cowok satu kelas Karen, ia memunyai perawakan yang tinggi dan putih, meski rambutnya tidak pernah di cat tap nuansa bule terlihat betul maklum saja Ronald masih punya silsilah darah dengan orang Jerman yang tak lain ayahnya. Pokoknya cowok yang satu ini nyaris sempurna dan menjadi incaran siswi SMA Bakti Bangsa. “ Rasanya ini gak masuk akal ?!? masa Ronald suka ma gue sich ???? “ Karen masih saja menggerutu, keningnya mengerut tak paham. Karen siswi kelas XI IPA B3 yang cuek dan rada tomboy di taksir sama Ronald yang super perfect, kayanya dunia bakalan kiamat dech. Itulah tema gosip yang sedang beredar belakangan ini. maklum saja Karen dan Ronald emang bagai langit dan bumi, Karen cewek cuek, tomboy dan jutek sedangkan Ronald cowok kalem, murah senyum dan sempurna. Dan sekarang udah ketiga kalinya Ronald mengrimkan surat cinta buat Karen, walaupun sampai sekarang surat itu belum ada tanggapannya, belakangan ini Karen emang gak pernah nanggepin, malahan yang kelihatan ribet cewek – cewek SMA BB yang nyayangin banget kenapa Ronald bisa suka sama Karen. Padahal kalau dari wajah dan penampilan jelas aja mereka menang 100 kali lipat. “ Udah dech loe terima aja “ desak Rianti. Duch sahabat gue yang satu ini emang paling ribet, dia paling semangat ngomporin gue buat terima cintanya Ronald, jelas aja Rianti sempet kecewa karena pas tahu kalo Ronald naksir sama gue, dia udah naksir Ronald dari kelas X, malahan ia sempat protes sama wali kelas waktu Rianti harus beda kelas sama Ronald. ” Tapi gak apa – apa lah dari pada Ronald sama orang lain mendingan gue relain sama loe aja “ mulai saat itu Rianti jadi paling getol nyomblangin gue sama Ronald, padahal gue gak punya feelig apa – apa ( biasa ‘ feeling’ nya rada loading buat keluar ). Emmm....emang kasihan juga kalo Ronald mesti terus – terusan nunggu. Bukannya tiga kali udah cukup buktiin kalau Ronald seius. Belum lagi minggu lalu ia udah rela pergi jalan kaki Cuma buat nyambangin rumah gue ( sebagai test cinta boleh dong ). “ kayanya sekarang waktu buat gue mutusin dech...?! ” Karen menerawangi setiap sudut di kamar tidurnya, kamar yang bercorak biru putih dengan poster – poster bola menghiasi kamar tidurnya yang berukuran mini. “ Baru sekarang gue mikirin tentang perasaan orang lain. Kenapa yach...apa gue emang benerin suka sama Ronald ?? “ Dear Ronald..... Maaf yach buat penantian yang cukup lama ini, perlu waktu dan logika yang cukup banyak buat mengerti siapa kamu. tapi waktu yang terbuang sia – sia, ternyata logika tak dapat menjawab semuanya tapi hati kecil ini mampu mengungkapkan perasaan ini. Kamu benar gak pernah ada alasan kenapa orang bisa saling mencintai, karena cinta yang tulus tak memerlukan alasan tapi memerlukan semua pengorbanan. Dan loe udah buktiin itu semua....... Semakin keras gue berusaha buat dapetin alasan itu, semakin sakit hati ini karena takut kehilangan loe. Salam untuk awal perjalan baru kita........ Dua bulan berlalu.. Sejak balasan surat itu giliran Karen merasakan ketidak pastian, pasalnya sejak balasan surat itu Ronald tak pernah menanggapinya lagi, boro – boro jalan bareng, ketemu aja semakin jarang. Ronald seperti mengatur jarak, senyuman manis tak pernah Kaaren dapetin lagi. Karen yang periang sudah kehilangan taringnya, ia menjadi pemurung dan pendiam. Mungkin semua anak SMA BB pada heran kali, tapi tak satu pun orang yang tahu alasannya. Sampai akhirnya... “ Karen....Loe dipanggil Ronald tuch, katanya loe ditunggu di kantin. Tumben loe pada bareng di sekolah katanya sering jalan diluar....” Suara nyaring Rianti nyaring terdengar, mungkin ini salah satu taktiknya buat ngeledekin anak – anak cewek BB yang lain. “ Hai..gimana kabarnya?” dengan sedikit ragu Ronald memulai pemicaraannya. “ Oh...loe ternyata masih inget sama gue, kemana aja loe selama ini, amnesia?? “ Karen nyerocos, memberondong Ronald dengan unek - uneknya selama ini. “ Gue minta loe dengerin semua omongan gue yach, jangan loe potong sampe gue selesain semua ceritanya “ Ronald memandang Karen. Yang ditanya hanya mengangguk dengan sedkit ragu dan heran. Udah dua bulan ini gue pengen beraniin diri buat ngomongan semua ini, ngmongin semua yang sebenernya sama loe. Loe masih mau tahu kenapa gue suka sama loe kan? Ronald menodongkan wajahnya tepat dihadapan Karen yang mualai menunduk tidak mengerti. “ Maafin gue yach..selama ini sebenarnya gue sedang...sedang.....” kalimat Ronald muali terbata- bata. Sebenarnya gue lagi taruhan sama temen – temen gue buat dapetin loe!? Karena menurut mereka di SMA BB ii Cuma loe yang gak suka sama gue,mereka sempet ngira kalau loe lasbi sebab loe nggak pernah kelihatan jalan sama cowok dan loe pun gak pernah mau kalau loe diajak jalan sama cowok – cowok. Makanya selama ini gue gak pernah naggepin dan lanjutin semua hubungan kita. Deg..deg...!!!!! seperti tersambar petir di tengah siang bolong, badan Karen mulai terasa lemas, matanya sudah muali memerah, kepalanya semakin pening mendengar setiap perkataan yang diucapkan Ronald. “ Terus apa maksud loe sekarang ngomongin ini semua sama gue, yang loe omongin udah terlamabat, sekarang loe udah puas!!!???? Gue enggak Cuma suka sama loe tapi loe udah berhasil bikin gue jatuh cinta!?!” sekarang loe udah puas?? Ucapan Karen semakin meninggi meski sebenarnya hatinya sudah hancur. “ Karen maafin gue..!!” Ronal mulai menatap dengan cemas, ia melihat wajah Karen yang semakin memucat. Gue tahu loe gak akan mudah buat maafin gue, bahkan mungkin selamanya loe gak akan bisa maafin gue. Tapi please.....dengerin ucapangue satu hal lagi!!. Di genggamnya tangan Karen yang akan beranjak dari kursi tempat saksi kepiluan hatinya. “ Loe tahu kenapa gue gak berani buat lanjutin taruhan iu ?” Karen hanya sanggup menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Ronald Karena....sebenranya gue udah beneran suka sama loe, sejak malam itu gue datang ke rumah loe, mengenal diri loe yang sebenarnya dan hati gue semaikn yakin saat loe membalas surat dari gue. Air mata Karen kini sudah membasahi pipi merahnya, tanpa ada satu katapun yang terucap. “ mungkin loe udah gak bisa percaya lagi sama semua ucapan gue, tapi itulah yang sebenarnya, sekarang gue udah bener – bener cinta sama loe, Karen...itulah sebabnya gue gak berani buat lanjutin taruhan itu, gue takut semakin menyakiti perasaan loe. Sekarang gueudah siap kalau loe harus selamanya benci sama gue tapi sebagai tanda maaf dari gue....Ronald menyorokan sebatang coklat. Karen melongo.....” Ini coklat kesukaan loe kan??loe habisin coklat ini tiga bungkus waktu gue lagi main dirumah loe. Kesedihan yang dirasakan karen kini bercampu aduk antara duka dan suka. Antara benci dan cinta. Antara ragu dan mempercayainya. Ah...kenapa semua ini harus Karen terima d hari kasih sayang ini?. Ronald membukakan bungkusan coklat itu dan menyodorkannya, tangannya menyuapi Karen, anehnya coklat kesukaannya tiba – tiba berubah rasa menjadi pahit. Ini aneh!!!! Mungkinkah ini sama dengan perasaan hatinya???. “ Karen Loe masih denger gue kan?” sayup – sayup suara Ronald semakin tak terdengar. Yang terengar hanya suara gaduh anak – anak yang ada di kantin. Langit yang semula cerah tiba – tiba mendung tertutup awan hitam, dan di sekeliing Karen semuanya menghitam dan semakin tak terlihat.

Komentar

Postingan Populer